Rabu, 27 Oktober 2010

Mbah Marijan, Arti Sebuah Kesetiaan



Ajal, hanya sang peciptalah yang tahu. Begitu juga dengan ajal Mbah Marijan, juru kunci Gunung Merapi yang berakhir pilu. Gunung yang baru saja mengamuk, menghancurkan desa-desa yang berada di kakinya dengan apa yang diistilahkan dengan ''wedus gembel'', tidak hanya menghancurkan desa, tapi juga menggulung nyawa puluhan orang, termasuk Mbah Marijan, yang selama ini cukup didengar orang kalau bicara tentang Gunung Merapi.
Sampai Selasa malam, keberadaan mbah satu ini masih misterius. Ketika regu penolong datang dengan maksud mengevakuasi orang-orang yang masih tinggal di kaki gunung itu, yang ditemukan adalah tragedi. Manusia dan binatang bergelimpangan tak bernyawa di sekitar rumah Mbah Marijan. Lalu memasuki rumah yang sudah porak poranda itu, bebrapa orang tak bernyawa juga ditemukan, termasuk seorang wartawan yang dikenali dari kartu identitasnya. Mbah Marijan? Masih misterius. Sekitar pukul 05,00 WIB, Rabu (27/10), akhirnya satu jenazah yang tengah sujud dkenali dan dipastikan sebagai Mbah Marijan.

Membicarakan Mbah Marijan takkan pernah lepas ketika kita bicara tragedi gunung Merapi. Tahun 2006, ketika gunung ini mengamuk dan memuntahkan wedus gembelnya, mbah satu inilah yang menjadi titik perhatian. Sama seperti kejadian kemarin, juru kunci Gunung Merapi itu tidak mau dibujuk turun dari desanya, mengungsi seperti yang lain. Dan, dia selamat.
Kali ini, takdir bicara lain. Kesetiaan Mbah Marijan kepada sang gunung harus diakhiri oleh amarah si gunung itu sendiri. Dia seperti sudah mengetahui peristiwa akhir. Mbah Marijan dan Gunung Merapi seperti sebuah kesetiaan yang luar biasa. Dia seperti bisa berbicara dengan sang gunung. Dan kesetiaan itu dia buktikan dengan mengantarkan nyawanya di pelukan sang gunung, bersama puluhan lainnya.

Bagi saya, apa yang menjadi keputusan Mbah Marijan tetap tinggal adalah sebuah cerminan dari sebuah kesetiaan, keberanian dan sebuah pengabdian yang langka di zaman ini. Jika benar Mbah Marijan wafat, dia  telah menepati janjinya untuk menjaga Gunung Merapi sampai akhir hayatnya seperti yang telah dijanjikannya kepada Sultan Hamengku Buwono IX pada waktu diangkat sebagai juru kunci Merapi . Soal kematian itu sendiri adalah rahasia Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar